E-commerce telah menjadi tren belanja sekarang ini. Bertumbuhnya generasi millenial dan generasi Z ke usia produktif menyebabkan perubahan cara mereka berbelanja. Hal itu juga didorong oleh peningkatan pada penggunaan smartphone dan penetrasi internet.
Menangkap tren tersebut, Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia telah banyak memperluas pasar bisnisnya dengan merambah ke e-commerce, terutama UMKM perdagangan. Sementara UMKM di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan atau fresh food product masih sedikit yang masuk ke e-commerce.
Namun menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, hanya 6-7% kontribusi produk lokal dari semua produk yang listing di online marketplace di Indonesia. Dan 90% lebih sisanya merupakan produk impor.
Fakta ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa spending investasi startup e-commerce yang besar akhirnya justru secara tidak langsung mempromosikan produk impor. Sebuah hal yang dilematis bagi startup e-commerce.
Dalam seminar bertajuk “Meningkatkan Daya Saing Sektor Ritel melalui Sinergi antara Ritel Tradisional, Modern, dan E-commerce”, Aulia E. Marinto, ketua idEA (Asosiasi E-commerce Indonesia) memaparkan rekomendasinya untuk pemerintah dalam upaya meningkatkan sinergi antara UMKM dan e-commerce.
Rekomendasi Aulia terdiri dari langkah jangka pendek dan jangka panjang. Adapun langkah jangka pendek yang bisa dilakukan pemerintah adalah;
Menangkap tren tersebut, Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia telah banyak memperluas pasar bisnisnya dengan merambah ke e-commerce, terutama UMKM perdagangan. Sementara UMKM di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan atau fresh food product masih sedikit yang masuk ke e-commerce.
Namun menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, hanya 6-7% kontribusi produk lokal dari semua produk yang listing di online marketplace di Indonesia. Dan 90% lebih sisanya merupakan produk impor.
Fakta ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa spending investasi startup e-commerce yang besar akhirnya justru secara tidak langsung mempromosikan produk impor. Sebuah hal yang dilematis bagi startup e-commerce.
Dalam seminar bertajuk “Meningkatkan Daya Saing Sektor Ritel melalui Sinergi antara Ritel Tradisional, Modern, dan E-commerce”, Aulia E. Marinto, ketua idEA (Asosiasi E-commerce Indonesia) memaparkan rekomendasinya untuk pemerintah dalam upaya meningkatkan sinergi antara UMKM dan e-commerce.
Rekomendasi Aulia terdiri dari langkah jangka pendek dan jangka panjang. Adapun langkah jangka pendek yang bisa dilakukan pemerintah adalah;
- Membendung produk impor barang jadi dalam bentuk partai besar
- Mendata secara tersruktur, sistematis, detail dan berkesinambungan UMKM dan produknya
- Fasilitasi UMKM, IKM, fresh food product (pertanian, peternakan, perikanan) go online segera di platform e-commerce
- Fasilitasi edukasi dan pendanaan UMKM, IKM dan startup produk lokal dan fresh food product
- Sinergi modern market dan pasar tradisional produk FMCG lokal dengan platform e-commerce
- Mendorong startup e-commerce yang fokus solusi pasar tradisional
- Sedangkan rekomendasi jangka panjang yaitu;
- Membuka secara terbatas dan spesifik produk impor barang jadi
- Membangun jejaring fasilitator edukasi peningkatan daya saing UMKM dan IKM
- Mendorong konsumsi domestik terhadap produk UMKM dan IKM.
- Membangun fasilitas agregator produk lokal dan fresh product go online di platform e-commerce
- Perbesar porsi skema pendanaan UMKM, IKM dan startup produk lokal dan fresh food product
- Membangun Inkubator startup e-commerce yang fokus solusi pasar tradisional di semua kota
Post A Comment:
0 comments: